Hari kedua Jazz Gunung 2018 di Bromo, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Sabtu (28/9) tak kalah seru dibanding hari sebelumnya. Penampil yang unjuk gigi di event musik bergengsi ialah Soul of Bromo, Insula, Bintang Indrianto, Surabaya Allstars, Ring of Fire dan Barasuara.
Show itu seolah menjadi ajang penghormatan bagi Bubi Chen yang dikenal sebagai maestro jazz tanah air. Bubi merupakan pemusik kelahiran Surabaya, 9 Februari 1938.
Pianis legendaris itu meninggal dunia pada 16 Februari 2012. Penyelenggara Jazz Gunung memberikan penghargaan untuk Bubi.
Nama penghargaannya ialah Jazz Gunung Award. “Ini (Jazz Gunung Award, red) untuk sang maestro (Bubi, red),” ujar Sigit Pramono yang dikenal sebagai pegiat musik jazz sekaligus pionir event musik tahunan itu.
Trofi Jazz Gunung Award merupakan replika dari patung yang menjadi simbol khusus show musik yang telah berlangsung dari tahun ke tahun sejak 2008 itu.
View this post on Instagram
Djaduk Ferianto yang dikenal juga sebagai salah satu pelopor Jazz Gunung menyebut Bubi telah memberikan kontribusi luar biasa bagi jagat musik tanah air dengan menghasilkan murid-murid yang kampiun. “Beliau adalah pendidik yang baik,” ujar Djaduk.
Penyelenggara Jazz Gunung 2018 pun mengundang Surabaya Allstars yang tampil khusus sebagai tribute untuk Bubi. “Terima kasih sudah mengajak Surabaya Allstars main di Jazz Gunung,” ujar Howie yang juga sempat ikut bermain drum.
View this post on Instagram
Surabaya Allstars mulai manggung sekitar pukul 20.00 WIB. Penonton langsung terpukau penampilannya lewat lagu-lagu populer dalam nuansa jazz jenis ragtime.
Hey Jude milik The Beatles dan Billy Jean yang dipopulerkan Michael Jackson masuk dalam set list. Surabaya Allstars juga memainkan medley lagu-lagu beken pop, rock dan koplo.
Akhirnya mengalunlah medley Smoke on The Water karya Deep Purple dan Jaran Goyang yang dipopulerkan Nella Kharisma. Tentu dalam versi jazz.
Anggota Komisi XI DPR Indah Kurnia ikut menyanyi dengan iringan Surabaya Allstars. Politikus PDI Perjuangan itu pernah menjadi murid Bubi Chen. Indah sempat menceritakan dedikasi Bubi bagi musik jazz, termasuk ketika dalam kondisi sakit. ”Pak Bubi tetap main meski sakit,” kenangnya.
Penampil setelah Surabaya Allstars adalah Ring of Fire yang diawaki langsung oleh Djaduk Ferianto. Setelah sebuah nomor pembuka, Djaduk mengajak penonton untuk merayakan keragaman dan kebesaran Indonesia lewat lagu Satu Nusa Satu Bangsa.
View this post on Instagram
Seluruh penonton berdiri saat Ring of Fire membawakan lagu karya Liberty Manik itu. Ring of Fire yang diperkuat personel Kua Etnika mampu menghadirkan keceriaan bagi penonton melalui penampilan khusus Syaharani.
Vokalis yang juga murid Bubi Chen itu begitu atraktif mengajak penonton bernyanyi. Djaduk menggubah salah satu lagu Syaharani menjadi bernuansa dangdut.
Keceriaan memuncak ketika Syaharani menyanyikan lagu Marilah Kemari karya Titiek Puspa.
View this post on Instagram
Pertunjukan Jazz Gunung Hari 2008 kedua diakhiri oleh penampilan Barasuara. Grup dengan frontman Iga Massardi itu tampil menghentak untuk membuat penonton betah melawan hawa dingin.

Jazz Gunung Indonesia merupakan penyelenggaraan musik etnik berskala internasional yang diprakarsai oleh tiga sahabat: Sigit Pramono, Butet Kartaredjasa, dan Almarhum Djaduk Ferianto.
Jazz Gunung Series merupakan salah satu wujud dedikasi Jazz Gunung Indonesia untuk merambah ke gunung-gunung yang tersebar di Indonesia dengan mengangkat pariwisata dan kearifan lokal daerah yang diusung
Discussion about this post