Perhelatan musik jazz tingkat internasional dengan latar belakang pegunungan Bromo-Tengger-Semeru akan digelar di panggung terbuka Java Banana, kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur,. pada 12 hingga 13 Juni 2015.
“Jazz gunung menginjak usianya yang ketujuh ini memadukan musik etnik Indonesia dengan musik modern yang sejalan dengan tujuan dan semangat Jazz Gunung yang diusung sejak pertama kali diadakan yaitu untuk meningkatkan apresiasi terhadap musik jazz etnik Indonesia,” ungkap Media Relation Jazz Gunung Indonesia, Muhammad Asranur, (9/6)
Ia mengatakan, dalam perhelatan selama dua hari itu juga akan menampilkan kesenian daerah Kramat Madura, kolaborasi musisi asal Yogyakarta Jay dan Gatra Wardaya dengan dua musisi asal Korea Selatan, [SU:M], gitaris kelahiran Indonesia yang sekarang menetap di Australia, Yuri Jo yang akan tampil dengan grupnya Yuri Jo Collective.
“Bintang tamu yaitu ‘Ring of Fire’ pimpinan Djaduk Ferianto yang berkolaborasi dengan penyanyi keroncong, Endah Laras dan gitaris Tohpati, “pop sensation” Tulus, kolektif Ina Ladies pimpinan musisi legendaris Indonesia, Happy Pretty, Beben Jazz And Friends, Malacca Ensemble yang memadukan musik Melayu dan musik modern, Nita Aartsen Quatro berkolaborasi dengan musisi Meksiko Ernesto Castillo dan Andien,” ujar pria yang akrab disapa Asra ini.
Menurutnya, jazz gunung kali ini selain dapat berkontribusi untuk kembali ke alam melalui kegiatan bersih gunung bersama Sahabat Bromo juga bertujuan untuk mengenalkan konsep pariwisata ecotourism di Bromo agar kelestarian alam lingkungan tetap terjaga dan dampak positif sosial dan ekonomi terhadap masyarakat sekitar tetap berkelanjutan.
“Diharapkan kawasan Bromo tidak hanya sebagai tempat untuk melihat matahari terbit, namun pengalaman dari Jazz Gunung dapat memicu wisatawan untuk mengeksplor dan juga sekaligus menjaga Bromo yang kemudian dapat memberi tetesan ekonomi yang bermanfaat kepada masyarakat sekitar,” katanya.
Lebih lanjut dia mengungkapkan dentingan dawai gitar yang dipadu dengan gendang dan seruling akan memberikan kehangatan Gunung Bromo yang mulai diselimuti kabut putih dan hujan gerimis, serta cuaca yang dingin seolah sirna ditengah kehangatan irama musik jazz.
“Wisatawan tidak hanya menikmati panorama Gunung Bromo yang indah. Jazz gunung diharapkan dapat menambah alasan melancong untuk mengeksplor kawasan Bromo serta memberi tetesan ekonomi pada masyarakat Tengger karena datangnya penikmat jazz,” tandasnya.
Pergelaran Jazz Gunung ini jugamendapat dukungan dari PT Bank Central Asia Tbk (BCA). “Dukungan yang kami berikan kepada acara Jazz Gunung merupakan komitmen kami untuk mengapresiasi musisi dan kebudayaan tanah air. Kami berharap agar kegiatan ini dapat terus dilestarikan sehingga para musisi-musisi tanah air dapat menunjukkan karya musik terbaik mereka,” ujar Direktur BCA Rudy Susanto.
Jazz Gunung memiliki misi salah satunya untuk meningkatkan perekonomian dan kepariwisataan Indonesia, khususnya bagi masyarakat di daerah Bromo. Hal ini selaras dengan visi BCA sebagai bank pilihan utama andalan masyarakat.
Dukungan terhadap kegiatan Jazz Gunung merupakan salah satu implementasi pilar Solusi Sinergi Bakti BCA. “Kegiatan yang kami lakukan semata-mata demi mendukung budaya Indonesia tetap lestari di masa yang akan datang,” tutup Rudy.

Jazz Gunung Indonesia merupakan penyelenggaraan musik etnik berskala internasional yang diprakarsai oleh tiga sahabat: Sigit Pramono, Butet Kartaredjasa, dan Almarhum Djaduk Ferianto.
Jazz Gunung Series merupakan salah satu wujud dedikasi Jazz Gunung Indonesia untuk merambah ke gunung-gunung yang tersebar di Indonesia dengan mengangkat pariwisata dan kearifan lokal daerah yang diusung
Discussion about this post